Rabu, 02 Mei 2012

DIMENSI JIWA (IQ, EQ, SQ, CQ & AQ) - Materi Kuliah KCP


DIMENSI JIWA ( IQ, EQ, SQ, CQ DAN AQ )


IQ (INTELLEGENCE QUOTIENT):

Pada umumnya IQ rata-rata orang diberi angka 100.
“IQ hanya digunakan antara lain membayangkan ruang, melihat lingkungan sekeliling secara runtut dan mencari hubungan antara satu bentuk dan bentuk lainnya. Tetapi IQ tidak mengukur kreativitas, kemampuan sosial, dan kearifan seseorang.

Sementara itu, kecerdasan anak dilihat dari pemahaman dan kesadaran terhadap apa yang dialaminya. Kemudian di dalam pikirannya, pengalaman itu diubah menjadi kata-kata atau angka. Karena itu, Kita harus menekankan pentingnya pemahaman. ”Karena pemahaman adalah kombinasi antara upaya memperbanyak masukan melalui pancaindra dan pengetahuan yang sudah dimiliki".

Bagaimana mengoptimalkan kecerdasan anak? Para orang tua harus meningkatkan cara belajar, membaca, dan mengulang. Misalnya, untuk memperkenalkan cara membaca, ibu membantu anak dengan memberi garis di bawah kata-kata yang penting, meminta anak membaca dengan suara keras dan menjelaskan makna bacaannya.
Selain itu, orang tua juga mengenalkan strategi, mengambil keputusan yang rasional, mencetuskan ide selancar mungkin, midmapping, meningkatkan perbendaharaan kata-kata, berpikir sambil membayangkan, humor, berpikir kritis, dan bermain.
Tujuannya untuk menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan, karena struktur otak belahan kiri dan kanan mempunyai tugas yang berbeda.
Kenapa perlu menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan? Agar anak bisa membaca lancar dengan pemahaman penuh, menulis secara kreatif, mengeja, mengingat, mendengar, berpikir sekaligus pada saat yang sama atau menjadi juara pada cabang olahraga tertentu. Semua itu dibutuhkan koordinasi otak kiri dan kanan dengan baik serta terlatih.
Tetapi menyeimbangkan kerja otak kiri dan kanan bisa pula melalui kebiasaan. misalnya dengan menikmati musik dan kesenian, menikmati warna, ruang dan bentuk, menghargai kreativitas dan menghargai kepekaan perasaan.
Menurut dr Andre Meaza mengatakan bahwa masa usia dini merupakan periode emas untuk melakukan proses stimulasi aktif melalui proses pengindraan dengan tujuan membentuk wiring system. ”Tahapan awal kehidupan anak merupakan tahapan penting karena anak sudah mampu menerima keterampilan dan pengajaran sebagai dasar pengetahuan dan proses berpikir.”
Andre juga menjelaskan, separuh perkembangan intelektual anak berlangsung sebelum memasuki usia 4 tahun. Justru perkembangan kognitif usia 17 tahun merupakan akumulasi perkembangan dari anak lahir.
Menurut dr. Andre, anak berusia 0-4 tahun memiliki perkembangan kognitif sebesar 50%, 4-8 tahun sebesar 30% dan 9-17 tahun sebesar 20%. ”Memang perkembangan otak sebelum usia 1 tahun lebih cepat, tetapi kematangan otak berlangsung sesudah anak lahir,” katanya.
Dia mengingatkan bahwa pengaruh lingkungan awal pada perkembangan otak akan berdampak lama. Oleh karena itu, anak yang mendapat stimulasi lingkungan yang baik, fungsi otaknya akan berkembang lebih baik
Ruang Lingkup IQ meliputi:
• Kapasitas umum seseorang untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu.
• Berhubungan dengan penalaran / berfikir.
• Intellegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara logis, terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (Marten Pali, 1993).

PENGUKURAN / KLASIFIKASI IQ :
• Very Superior : 130 –
• Superior : 120 – 129
• Bright normal : 110 – 119
• Average : 90 – 109
• Dull Normal : 80 – 89
• Borderline : 70 – 79
• Mental Defective : 69 and bellow

CIRI KHAS IQ (INTELLEGENCE QUOTIEN) :
• Logis
• Rasional
• Linier
• Sistematis



EQ (EMOTIONAL QUOTIENT)


Selama ini banyak orang menganggap bahwa jika seseorang memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar di banding orang lain. Pada kenyataannya, ada banyak kasus di mana seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi tersisih dari orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi tidak menjamin seseorang akan meraih kesuksesan.
Daniel Goleman, seorang profesor dari Universitas Harvard menjelaskan bahwa ada ukuran/patokan lain yang menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Dalam bukunya yang terkenal, Emotional Intelligence, membuktikan bahwa tingkat emosional manusia lebih mampu memperlihatkan kesuksesan seseorang.
Intelligence Quotient (IQ) tidak dapat berkembang. Jika seseorang terlahir dengan kondisi IQ sedang, maka IQ-nya tidak pernah bisa bertambah maupun berkurang. Artinya, jika seseorang terlahir dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup, percuma saja dia mencoba dengan segala cara untuk mendapatkan IQ yang superior (jenius), begitu pula sebaliknya. Tetapi, Emotional Quotient(EQ) dapat dikembangkan seumur hidup dengan belajar.
Kecerdasan Emosional (EQ) tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga meninggal dunia. Pertumbuhan EQ dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, dan contoh-contoh yang didapat seseorang sejak lahir dari orang tuanya. Kecerdasan Emosi menyangkut banyak aspek penting, yang agaknya semakin sulit didapatkan pada manusia modern, yaitu:
  • empati (memahami orang lain secara mendalam)
  • mengungkapkan dan memahami perasaan
  • mengendalikan amarah
  • kemandirian
  • kemampuan menyesuaikan diri
  • disukai
  • kemampuan memecahkan masalah antar pribadi ketekunan
  • kesetiakawanan
  • keramahan
  • sikap hormat
Orang tua adalah seseorang yang pertama kali harus mengajarkan kecerdasan emosi kepada anaknya dengan memberikan teladan dan contoh yang baik. Agar anak memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, orang tua harus mengajar anaknya untuk :
  • membina hubungan persahabatan yang hangat dan harmonis
  • bekerja dalam kelompok secara harmonis
  • berbicara dan mendengarkan secara efektif
  • mencapai prestasi yang lebih tinggi sesuai aturan yang ada (sportif)
  • mengatasi masalah dengan teman yang nakal
  • berempati pada sesama
  • memecahkan masalah
  • mengatasi konflik
  • membangkitkan rasa humor
  • memotivasi diri bila menghadapi saat-saat yang sulit
  • menghadapi situasi yang sulit dengan percaya diri
  • menjalin keakraban
Jika seseorang memiliki IQ yang tinggi, ditambah dengan EQ yang tinggi pula, orang tersebut akan lebih mampu menguasai keadaan, dan merebut setiap peluang yang ada tanpa membuat masalah yang baru.


Ruang Lingkup EQ (Emotional Quotient):
• Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengelola
   emosi dengan baik, dan berhubungan dengan orang lain (Daniel Goldman).
• Kemampuan mengerti dan mengendalikan emosi (Peter Salovely & John Mayer).
• Emosi adalah letupan perasaan seseorang.

ASPEK EQ (SALOVELY & GOLDMAN)
1. Kemampuan mengenal diri (kesadaran diri).
2. Kemampuan mengelola emosi (penguasaan diri).
3. Kemampuan memotivasi diri.
4. Kemampuan mengendalikan emosi orang lain.
5. Kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati).

EQ TINGGI
• Berempati.
• Mengungkapkan dan memahami perasaan.
• Mengendalikan amarah.
• Kemandirian.
• Kemampuan menyesuaikan diri.
• Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi.
• Kesetiakawanan.
• Keramahan.
• Sikap hormat.

SQ (SPIRITUAL QUOTIENT)
• Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri.
• Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami, menyemangati dan mengikat diri seseorang kepada
   nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu (Agus N. Germanto, 2001).
• Paul Edwar, SQ adalah bukti ilmiah ketika anda merasakan keamanan (SECURE), kedamaian (PEACE),
   penuh cinta (LOVED), dan bahagia (HAPPY).

CIRI-CIRI SQ TINGGI
• Menurut Dimitri Mahayana (Agus Nggermanto, 2001):
a. Memiliki prinsip dan visi yang kuat.
b. Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman.
c. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan.
d. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.

CQ (CRETIVITY QUOTIENT)
KECERDASAN KREATIVTAS
• Potensi seseorang untuk memunculkan sesuatu yang penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan
   teknologi serta semua bidang dalam usaha lainnya
• Kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta dan berkreasi, tidak ada satupun pernyataan yang dapat
   diterima secara umum mengenai mengapa suatu kreasi itu timbul.

Ciri-ciri kreativitas menurut Guil Ford :
a. KELANCARAN : Kemampuan memproduksi banyak ide.
b. KELUWESAN : Kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan jalan pemecahan
                                masalah.
c. KEASLIAN : Kemampuan untuk melahirkan gagasan yang orisinal sebagai hasil pemikiran sendiri.
d. PENGURAIAN : Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci.
e. PERUMUSAN KEMBALI : Kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara yang
                                                 berbeda dengan yang sudah lazim.

Cara Memunculkan Gagasan Kreatif :
1. Kuantitas gagasan : Teknik-teknik kreatif dalam berbagai tingkatan keseluruhannya bersandar pada
                                  pengembangan pertama sejumlah gagasan sebagai suatu cara untuk memperoleh
                                  gagasan yang baik dan kreatif.
2. Teknik brainstorming : Teknik ini cenderung  menghasilkan gagasan baru yang orisinil untuk menambah 
                                       jumlah gagasan konvensional yang ada.

Cara Memunculkan Gagasan Kreatif
3. Sinektik : Suatu metode atau proses yang menggunakan metafora dan analogi untuk menghasilkan
    gagasan kreatif atau wawasan segar ke dalam permasalahan.
4. Memfokuskan tujuan : Membuat seolah-olah apa yang diinginkan akan terjadi besok, telah terjadi saat ini
    dengan melakukan visualisasi yang kuat.

AQ (ADVERSITY QUOTIENT)
KECERDASAN DALAM MENGHADAPI MASALAH
• Kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu
   mengatasi tantangan hidup.
• Menurut Stoltz, AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi atau tidaknya, serta
   sejauh  mana sikap, kemampuan dan kinerja seseorang terwujud di dunia.

Macam-Macam AQ
• AQ Tingkat “Quitters” (Orang-orang yang Berhenti) : tingkatan AQ paling rendah, menyerah ketika
   menghadapi kesulitan hidup.
• AQ Tingkat “Campers” (Orang yang Berkemah) : campers adalah AQ tingkat bawah.
• AQ Tingkat “Climbers” (Orang yang Mendaki) : climbers adalah pendaki sejati.

Intellgence Quotient (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ.
Emosional Quotient (EQ) mempunyai dua arah dan dua dimensi, arah ke dalam (personal) berarti sebuah kesadaran diri (self awareness), penerimaan diri (self acceptance), dan hormat diri (self respect), dan penguasaan diri (self mastery) dan arah keluar (interpersonal) berarti kemampuan memahami orang (to understand others), menerima orang (to accept others), mempercayai orang (to trust others), dan mempengaruhi orang (to influence others).
Spiritual Quotient (SQ) intinya adalah transendensi, yaitu proses penyeberangan, pelampauan, penembusan makna yang lazim, khususnya dari wilayah material ke wilayah spiritual, dan dari bentuk yang kasar ke bentuk yang sublime. Dalam hal ini hidup bukan semata-mata untuk memperoleh materi semata akan tetapi harus betul-betul dihayati sebagai serangkaian amal bagi sesama manusia dan beribadah kepada Tuhan. Sehingga tidak cukup jika kita hanya mengandalkan kecerdasan intelegensi dan emosional saja. Mempertebal iman dan taqwa kita akan membangun budi dan akhlak mulia sehingga segala sesuatu yang kita lakukan semata-mata mohon perkenan dan ridho Tuhan, sehingga apa yang kita kerjakan akan terasa bermakna, nikmat, dan kita lakukan penuh dengan suka cita, tanpa keterpaksaan belaka.
Adversitas Quotient (AQ), pernah dengar? Menurut kamus adversity berarti kemalangan, kesulitan, dan penderitaan. AQ disini adalah kecerdasan kita pada saat menghadapi segala kesulitan tersebut. Beberapa orang mencoba untuk tetap bertahan menghadapinya, sebagian lagi mudah takluk dan menyerah. Dengan demikian kecerdasan adversitas adalah sebuah daya kecerdasan budi-akhlak-iman manusia menundukkan tantangan-tantangannya, menekuk kesulitan-kesulitannya, dan meringkus masalah-masalahnya sekaligus mengambil keuntungan dari kemenangan-kemenangan itu

KISI - KISI UTS KCP



KISI - KISI UTS 
KECAKAPAN PERSONAL
           
     *  Contoh dari aspek-aspek kepribadian yang sesuai dengan kepribadian anda sendiri. 
     *  Perbedaan Bakat dengan Minat
     *  7 jenis kecerdasan sebagai bakat dan contoh profesi dari 7 jenis kecerdasan tersebut
     *   Pengertian dan Komponen dari konsep diri.
4    *  Contoh, pengertian dan hubungan dari  IQ, EQ, SQ, CQ dan AQ
      *  Kepribadian menurut G. Allport dan aspek-aspek yang ada didalam kepribadian tersebut
      *  Cara mengenal diri dan menerima diri
      *  Pengertian dan Komponen dari Sikap
     



Selasa, 01 Mei 2012

Renungan - "Jangan Menunggu"

JANGAN MENUNGGU



just-do-itJangan menunggu bahagia, baru tersenyum.
Tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia

Jangan menunggu kaya, baru mau beramal.
Tapi beramal lah, maka kamu semakin kaya

Jangan menunggu termotivasi, baru bergerak.
Tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi

Jangan menunggu dipedulikan orang baru anda peduli,
Tapi pedulilah dengan orang lain! maka anda pasti akan dipedulikan…

Jangan menunggu orang memahami kamu, baru kita memahami dia.
Tapi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan kamu

Jangan menunggu terinspirasi, baru menulis.
Tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu

Jangan menunggu proyek, baru bekerja.
Tapi berkerjalah, maka proyek akan menunggumu

Jangan menunggu dicintai, baru mencintai.
Tapi belajarlah mencintai, maka anda akan dicintai

Jangan menunggu banyak uang, baru hidup tenang.
Tapi hiduplah dengan tenang, maka bukan hanya sekadar uang yang datang, tapi damai sejahtera.

Jangan menunggu contoh, baru bergerak mengikuti.
Tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti

Jangan menunggu sukses, baru bersyukur.
Tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.

Renungan - "2 Hal yg Membuat Kita tdk Bersyukur"

2 HAL YANG MEMBUAT KITA TIDAK BERSYUKUR




Pertama :
Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki.
Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi target dan keinginan.
Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yg mendatangkan lebih banyak uang.
Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan.
Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapa pun banyak yang kita miliki, kita tak pernah menjadi “KAYA” dalam arti yang sesungguhnya.
Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang ”kaya”.
Orang yang ”kaya” bukanlah orang yang memiliki banyak hal, tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki.
Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram.
Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yg sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup.
Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.
Seorang pengarang pernah mengatakan, ”Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.” Ini perwujudan rasa syukur.
Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah :
Kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung.
Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.
Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.
Ada sebuah kisah mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia.
Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab,
”Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup di tanah seberang.”
“Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.”
Bersyukurlah!
Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu …
Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar …
Bersyukurlah untuk masa-masa sulit …
Di masa itulah kamu tumbuh …
Bersyukurlah untuk keterbatasanmu …
Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang …
Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru …
Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu …
Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat …
Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga …
Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih …
Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan …
Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik …
Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut …
Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif …
Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkah bagimu …

Renungan - "Sifat Kepiting Dalam Diri Manusia"

SIFAT KEPITING DALAM DIRI MANUSIA



Kepiting
Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting. Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang dengki.
Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah.
Kepiting itu ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam baskom/wadah, tanpa diikat.
Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari. Yang paling menarik dari kebiasaan ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat.
Namun seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang meskipun hasil buruannya selalu berusaha meloloskan diri.
Resepnya hanya satu, yaitu si pemburu tahu betul sifat si kepiting.
Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar.
Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya akan menariknya turun… dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar.
Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang dengki itu.
Begitu pula dalam kehidupan ini… tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu.
Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang nggak bener.
Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.
Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya.
Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini.
Pertanda seseorang adalah ‘kepiting’:
1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi) yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalam bertindak.
2. Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan
3. Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri.
Coba renungkan berapa waktu yang Anda pakai untuk memikirkan cara-cara menjadi pemenang. Dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama. Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda menjadi pribadi yang sehat dan sukses.

Renungan - "10 Racun Dalam Diri Kita"

10 RACUN DALAM DIRI KITA



Racun pertama : Menghindar
Gejalanya: Lari dari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab, padahal dengan melarikan diri dari kenyataan, kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.
Antibodinya: Realitas
Cara: Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam menghadapi masalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalu mengikuti kesedihannya dan merasa lingkungannya menjadi sumber frustasi. Jadi, selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan yakinilah bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakan dengan keras.

Racun kedua : Ketakutan
Gejalanya: Tidak yakin diri, tegang, cemas yang antara lain bisa disebabkan kesulitan keuangan, konflik perkawinan, problem seksual, dll.
Antibodinya: Keberanian
Cara: Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan. Ingatlah, 99 persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi. Keberanian adalah pertahanan diri paling ampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah solusi masalah melalui sikap mental yang benar. Keberanian merupakan proses reedukasi. Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiater atau psikolog.

Racun ketiga : Egoistis
Gejalanya: Materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.
Antibodinya: Bersikap sosial
Cara: Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akan diperoleh apabila kita dapat menolong orang lain. Perlu diketahui, orang yang tidak mengharapkan apapun dari orang lain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.

Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya: Berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.
Antibodinya: Ambisi
Cara: Teruslah berkembang, artinya kita terus berambisi di masa depan kita. Kita kan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.

Racun kelima : Rasa rendah diri
Gejalanya: Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.
Antibodinya: Keyakinan diri
Cara: Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang, yakin dirinya akan kalah. Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudah mendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih. Jadi, sukses berawal pada saat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.

Racun keenam : Narsistik
Gejalanya: Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.
Antibodinya: Rendah hati
Cara: Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu. Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.

Racun ketujuh : Mengasihani diri
Gejalanya: Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, merasa menjadi orang termalang di dunia.
Antibodinya: Sublimasi
Cara: Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri. Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain..

Racun kedelapan : Sikap bermalas-malasan
Gejalanya: Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.
Antibodinya: Kerja
Cara: Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari kecenderungan untuk membuat keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.

Racun kesembilan : Sikap tidak toleran
Gejalanya: Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agama tertentu, prasangka religius.
Antibodinya: Kontrol diri
Cara: Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri. Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dengan keberagaman kultur dan agama.

Racun kesepuluh : Kebencian
Gejalanya: Keinginan balas dendam, kejam, bengis.
Antibodinya: Cinta kasih
Cara: Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan. Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan. Orang yang memiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakan kekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.

Renungan - "Impian, Kenyataan & Harapan"

IMPIAN, KENYATAAN & HARAPAN


Dalam hidup setiap manusia dibekali banyak harapan dan impian yang ingin diraih, apalah artinya hidup tanpa sebuah harapan dan impian. Harapan dan impian dalam hidup kita seperti sebuah motor penggerak bagi sendi sendi kehidupan yang kita lakoni. Namun bagaimana sebuah impian mampu menjadi motor penggerak motivator kita? atau malah hidup kita dibayang bayangi halusinasi akan impian yang kita capai. Mari kita simak dulu beberapa gambar dibawah ini.
Impian
Impian
Impian
Impian
Setelah Anda melihat deretan gambar diatas, apa yang terpikir dalam benak Anda? Mungkin apa yang kita pikirkan berbeda beda.
Pernahkah kita berandai andai, ” coba kalau saja, andaikata, seumpama…….. saya seperti dia saya akan lakukan ini, saya akan lakukan lebih baik, saya akan lakukan lebih sempurna.
Seringkah kita mencari alasan pembenaran tidak bisa melakukan sesuatu atau gagal karena kondisi kita begini tidak seperti dia yang lebih sempurna.
Andai saja uang saya banyak saya akan lebih banyak beramal dan bersedekah. Andai saja, seumpama semisal dan apapun yang satu arti sama kadang sempat terbesit dalam pikiran kita.
Percayalah Tuhan memberikan keadaan yang terbaik bagi kita seperti yang kita miliki sekarang ini, untuk itu mari kita syukuri apapun keadaan dan pahitnya kondisi yang kita alami sekarang.
Kapan saat tepat kita membuat mimpi menjadi suatu hal yang memacu kekuatan hidup kita lebih maju?
Disinilah letak perbedaan antara sebuah rencana (Planning) dengan sebuah khayalan, sebuah rencana dibuat dengan sistematis dan memperhitungkan waktu kapan kita akan raih step by step, dibarengai dengan sebuah usaha nyata untuk meraihnya. Sedangkan sebuah khayalan hanya terlintas di angan dan tidak diwujudkan secara konkret menjadi sebuah master plan kerja untuk pencapaian.
Berhentilah berkhayal, syukuri yang ada sekarang wujudkan harapan dan impian Anda dalam sebuah planning atau visi hidup yang konkret dan dibarengi usaha pencapaian.

Renungan - "Kisah 5 Ekor Monyet"


 

KISAH 5 EKOR MONYET


Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh para profesor di USA, ada 2 ekor monyet yang dimasukkan ke dalam satu ruangan kosong secara bersama-2. Kita sebut saja monyet tersebut Monyet A dan B. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah tiang, dan diatas tiang tersebut nampak beberapa pisang yang sudah matang. Apa yang akan dilakukan oleh 2 monyet tersebut menurut anda ?
Setelah membiasakan diri dengan keadaan lingkungan di dalam ruangan tersebut, mereka mulai mencoba meraih pisang-2 tersebut. Monyet A yang mula-2 mencoba mendaki tiang. Begitu monyet A berada di tengah tiang, sang profesor menyemprotkan air kepadanya, sehingga terpleset dan jatuh. Monyet A mencoba lagi, dan disemprot, jatuh lagi, demikian berkali-2 sampai akhirnya monyet A menyerah. Giliran berikutnya monyet B yang mencoba, mengalami kejadian serupa, dan akhirnya menyerah pula.
Berikutnya ke dalam ruangan dimasukkan monyet C. Yang menarik adalah, para profesor tidak akan lagi menyemprot para monyet jika mereka naik. Begitu si monyet C mulai menyentuh tiang, dia langsung ditarik oleh monyet A dan B. Mereka berusaha mencegah, agar monyet C tidak mengalami `kesialan’ seperti mereka. Karena dicegah terus dan diberi nasehat tentang bahayanya bila mencoba memanjat keatas, monyet C akhirnya takut juga dan tidak pernah memanjat lagi.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh para profesor adalah mengeluarkan monyet A dan B, serta memasukkan monyet D dan E. Sama seperti monyet-2 sebelumnya, monyet D dan E juga tertarik dengan pisang diatas tiang dan mencoba memanjatnya. Monyet C secara spontan langsung mencegah keduanya agar tidak naik. “Hai, mengapa kami tidak boleh naik ?” protes keduanya”.
Ada teman-2 yang memberitahu saya, bahwa naik ke atas itu berbahaya. Saya juga tidak tahu, ada apa di atas, tapi lebih baik cari aman saja, jangan keatas deh” jelas monyet C.
Monyet D percaya dan tidak berani naik, tapi tidak demikian dengan monyet E yang memang bandel. “Saya ingin tahu, bahaya seperti apa sih, yang ada di atas … Dan kalau ada bahaya, masak iya saya tidak bisa menghindarinya ?” tegas monyet E. Walaupun sudah dicegah oleh monyet C dan D, monyet E nekad naik …
Dan karena memang sudah tidak disemprot lagi, monyet E bisa meraih pisang yang d iinginkannya…..
Renungan
==================
Manakah diantara karakter diatas yang menggambarkan tingkah laku anda saat ini ?
Karakter A dan B adalah orang yang pernah melakukan sesuatu, dan gagal. Karena itu mereka kapok, tidak akan mengulanginya lagi, dan berusaha mengajarkan ke orang lain tentang kegagalan tersebut. Mereka tidak ingin orang lain juga gagal seperti mereka. Karakter C dan D, adalah orang yang menerima petunjuk dari orang lain, hal-2 apa yang tidak boleh dilakukan, dan mereka mematuhinya tanpa berani mencobanya sendiri. Karakter E adalah type orang yang tidak mudah percaya dengan sesuatu, sebelum mereka mencobanya sendiri. Mereka juga berani menentang arus dan menanggung resiko asalkan bisa mencapai keinginan mereka.
Pisang dalam cerita diatas menggambarkan impian kita. Setiap orang dalam hidup ini mempunyai impian yang tinggi tentang masa depannya. Namun sayangnya, banyak sekali hal-hal yang terjadi di sekitar kita, yang menyebabkan impian kita terkubur. Orang-2 dengan karakter ABCD akan mengatakan kepada kita hal-2 seperti ini”,Sudahlah, jangan melakukan pekerjaan yang sia-2 seperti itu. Percuma. Saya dulu sudah pernah melakukannya berkali-2 dan gagal. Sebagai seorang teman yang baik, saya tidak mau kamu gagal seperti saya” atau mungkin kalimat “Kamu mau gagal kayak si X … lebih baik lakukan sesuatu yang pasti-pasti saja deh”. Bukankah hal-2 seperti itu yang sering kita dengar sehari-2 ?
Orang dengan karakter E akan selalu berpikir optimis dalam menjalankan sesuatu. “Kalaupun orang lain gagal melakukan sesuatu, belum tentu saya juga akan gagal” adalah kekuatan yang selalu memompa motivasinya.
Dan kegagalan orang lain dapat dipelajari dan dijadikan batu loncatan untuk melangkah lebih baik, bukannya dijadikan suatu ketakutan.
Nah, saya akan memberikan satu ilustrasi lagi. Saya akan membawa anda ke tahun 70-an. Apa yang akan anda lakukan, bila suatu hari ada seorang mahasiswa bercelana jeans, kacamata tebal, bertampang culun, bajunya lusuh, datang menemui anda dan berkata “Saya punya suatu produk yang bagus, tapi saya tidak punya modal. Mau gak pinjamin saya modal 100 dollar ? Kalau produk ini sukses, kita berdua bakal jadi orang paling kaya di dunia lho”.
Hampir semua akan menghina dan mentertawakan mahasiswa tsb, bahkan mungkin menganggapnya gila.
Berapa orang yang akan menjawab “Wow, bagus sekali, coba jelaskan apa rencana anda, agar kita bisa sama-2 kaya ?” Mungkin satu orang diantara sejuta, mungkin juga tidak ada.
Bagaimana kalau saya katakan bahwa mahasiswa tersebut adalah Bill Gates, yang kini sudah mencapai impiannya menjadi orang terkaya di dunia ?
Bukankah itu dulu yang dilakukan Bill Gates pada awal karirnya . Dikelilingi orang type ABCD, ditolak, dilecehkan, dan berbagai macam hinaan lainnya. Untungnya, Bill Gates termasuk orang dengan karakter E. Dan dengan pengorbanan dan kerja keras, dia berhasil meraih impiannya.
” Jangan biarkan orang lain membunuh impian anda. Maju terus, hadapi semua rintangan dan raih impian anda. “

Renungan - "6 Kekuatan Dalam Diri Manusia"

6 KEKUATAN DAHSYAT DALAM DIRI MANUSIA



1. Kekuatan Impian (The Power of Dreams)

Untuk memperoleh hal-hal terbaik dalam kehidupan ini, setiap kita harus memiliki impian dan tujuan hidup yang jelas. Setiap kita harus berani memimpikan hal-hal terindah dan terbaik yang kita inginkan bagi kehidupan kita dan kehidupan orang-orang yang kita cintai.
Tanpa impian, kehidupan kita akan berjalan tanpa arah dan akhirnya kita tidak menyadari dan tidak mampu mengendalikan ke mana sesungguhnya kehidupan kita akan menuju.


2. Kekuatan dari Fokus (The Power of Focus)

Fokus adalah daya (power) untuk melihat sesuatu termasuk masa depan, impian, sasaran atau hal-hal lain seperti kekuatan dan kelemahan dalam diri, peluang di sekitar kita, sehingga lebih jelas dan mengambil langkah untuk mencapainya.
Seperti sebuah kacamata yang membantu seorang untuk melihat lebih jelas, kekuatan fokus membantu kita melihat impian, sasaran, dan kekuatan kita dengan lebih jelas, sehingga kita tidak ragu-ragu dalam melangkah untuk mewujudkannya.


3. Kekuatan Disiplin Diri (The Power of Self Discipline)

Pengulangan adalah kekuatan yang dahsyat untuk mencapai keunggulan. Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Menurut filsuf Aristoteles, keunggulan adalah sebuah kebiasaan.
Kebiasaan terbangun dari kedisiplinan diri yang secara konsisten dan terus-menerus melakukan sesuatu tindakan yang membawa pada puncak prestasi seseorang. Kebiasaan kita akan menentukan masa depan kita.
Untuk membangun kebiasaan tersebut, diperlukan disiplin diri yang kokoh. Sedangkan kedisiplinan adalah bagaimana kita mengalahkan diri kita dan mengendalikannya untuk mencapai impian dan hal-hal terbaik dalam kehidupan ini.


4. Kekuatan Perjuangan (The Power of Survival)

Setiap manusia diberikan kekuatan untuk menghadapi kesulitan dan penderitaan. Justru melalui berbagai kesulitan itulah kita dibentuk menjadi ciptaan Tuhan yang tegar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan kegagalan.
Seringkali kita lupa untuk belajar bagaimana caranya menghadapi kegagalan dan kesulitan hidup, karena justru kegagalan itu sendiri merupakan unsur atau bahan yang utama dalam mencapai keberhasilan atau kehidupan yang berkelimpahan.


5. Kekuatan Pembelajaran (The Power of Learning)

Salah satu kekuatan manusia adalah kemampuannya untuk belajar. Dengan belajar kita dapat menghadapi dan menciptakan perubahan dalam kehidupan kita. Dengan belajar kita dapat bertumbuh hari demi hari menjadi manusia yang lebih baik.
Belajar adalah proses seumur hidup. Sehingga dengan senantiasa belajar dalam kehidupan ini, kita dapat terus meningkatkan taraf kehidupan kita pada aras yang lebih tinggi.


6. Kekuatan Pikiran (The Power of Mind)

Pikiran adalah anugerah Tuhan yang paling besar dan paling terindah. Dengan memahami cara bekerja dan mengetahui bagaimana cara mendayagunakan kekuatan pikiran, kita dapat menciptakan hal-hal terbaik bagi kehidupan kita.
Dengan melatih dan mengembangkan kekuatan pikiran, selain kecerdasan intelektual dan kecerdasan kreatif kita meningkat, juga secara bertahap kecerdasan emosional dan bahkan kecerdasan spiritual kita akan bertumbuh dan berkembang ke tataran yang lebih tinggi.
Semua dari kita berhak dan memiliki kekuatan untuk mencapai kehidupan yang berkelimpahan dan memperoleh hal-hal terbaik dalam kehidupannya.
Semuanya ini adalah produk dari pilihan sadar kita, berdasarkan keyakinan kita, dan bukan dari produk kondisi keberadaan kita di masa lalu dan saat ini.
Sebagaimana dikatakan oleh Jack Canfield dalam bukunya The Power of Focus, bahwa kehidupan tidak terjadi begitu saja kepada kita. Kehidupan adalah serangkaian pilihan dan bagaimana kita merespons setiap situasi yang terjadi pada kita.