BAB II
KONSEP DIRI
Menurut Stuart & Sadden
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini temasuk persepsi individu akan
sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai
yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Secara
Umum
Konsep diri adalah cara pandang secara
menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan
yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Konsep Diri
1. Teori perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
2. Significant Other (orang yang
terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception (persepsi diri
sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
Proses
Perkembangan Konsep Diri
Proses perkembangan konsep diri tidak pernah
sungguh-sungguh berakhir, hal itu berjalan terus dengan aktif dari saat
kelahiran sampai kepada kematian sejalan dengan individu tersebut secara
terus-menerus menemukan potensi-potensi baru di dalam proses ‘menjadi’
tersebut. Dengan kata lain, untuk memiliki sebuah konsep diri, anak itu harus
memandang dirinya sendiri sebagai sebuah obyek yang jelas berbeda dan mampu
melihat dirinya dari obyek-obyek lainnya, lalu dia menjadi sadar terhadap
perspektif-perspektif lainnya, hanya di dalam cara yang demikianlah dia dapat
sadar terhadap evaluasi-evaluasi dari orang-orang lain terhadap dirinya (Burns,
1993:188).
Sedangkan menurut Hurlock (1999:238-239) perkembangan konsep diri seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik, tendensi sosial, intelegensi, taraf aspirasi, emosi dan prestise sosialnya. Pengaruh lain datang dari teman-teman dekatnya, keluarganya dan orang-orang yang dikaguminya. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap perkembangan konsep diri seseorang akan tergantung pada penghayatan emosional seseorang terhadap faktor-faktor yang dimilikinya. Bila nuansa penghayatan tersebut cenderung bangga (positif) maka akan berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri kearah yang positif pula atau bisa juga sebaliknya.
Sedangkan menurut Hurlock (1999:238-239) perkembangan konsep diri seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik, tendensi sosial, intelegensi, taraf aspirasi, emosi dan prestise sosialnya. Pengaruh lain datang dari teman-teman dekatnya, keluarganya dan orang-orang yang dikaguminya. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap perkembangan konsep diri seseorang akan tergantung pada penghayatan emosional seseorang terhadap faktor-faktor yang dimilikinya. Bila nuansa penghayatan tersebut cenderung bangga (positif) maka akan berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri kearah yang positif pula atau bisa juga sebaliknya.
Komponen
Konsep Diri
3 komponen konsep diri yang
sangat penting karena akan mempengaruhi hidup kita mulai saat kecil hingga
sekarang, komponen tersebut antara lain :
1. Diri Ideal (Extant Self) : "Siapa saya" Dalam konteks dunia pendidikan, diri ideal yang
sering
ditetapkan orangtua adalah anak harus mendapat nilai sempurna (100 atau
A). Bagaimana anda
menetapkan standard ideal dari diri anda sendiri.
2. Citra Diri (Desire Self) : "Saya ingin jadi apa"
Anda akan selalu bertindak atau bersikap sesuai
dengan gambar yang muncul dalam cerminan/citra diri
anda. Bagaimana anda ingin menjadikan diri anda sebagai seorang individu yang sesuai dengan
keinginan anda.
3. Harga Diri (Presenting Self) : "Saya dinilai orang lain seperti apa". Semakin anda menyukai diri anda,
menerima diri
anda, & hormat pada diri anda sendiri sebagai seorang yang berharga &
bermakna, maka
semakin tinggi harga diri anda. Bagaimana anda bisa menghargai diri anda sehingga orang lain dapat
menghargai anda.
Kesimpulannya dapat dimisalkan
sebagai berikut : Orangtua anda
menetapkan diri ideal anda harus mendapat nilai 100 untuk ulangan
Matematika, tetapi anda hanya dapat nilai 60 (Citra diri). Yang terjadi
sekarang adalah diri ideal tidak sejalan dengan citra diri.Ini sudah pasti akan
berpengaruh pada harga diri anda.
Hubungan
antara Extant Self dan Desired Self
- Bila kesenjangan antara extant self dan desired self kecil, ini berarti seseorang merasa puas pada dirinya dan mungkin tidak ingin mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik
- Bila kesenjangan antara extant self dan desired self besar, ini berarti bahwa mungkin seseorang mempunyai keinginan yang sangat tinggi untuk berubah dan mungkin tidak realistik
- Bila kesenjangan antara extant self dan desired self moderat (sedang-sedang saja), maka kondisi ini adalah yang paling bagus, karena orang itu menyadari keadaan dirinya sekarang dan menentukan tujuan yang masuk akal sehingga membuatnya terpacu untuk mengembangkan konsep dirinya
Bagaimana Konsep Diri Terbentuk.
Bangunan
konsep diri itu seperti meja, dimana terdapat kaki-kaki penyokongnya. Yang
sangat berperan dalam “Meja” tersebut antara lain :
1.
Siapa yang memasang kaki tersebut?Pertama Orangtua dan setelah itu
Guru
2.
Seberapa intensitas emosi yang
timbul saat itu?Sedih,malu,bahagia,bangga,dll
3.
Repetisi.Semakin sering, berarti semakin
kuat kaki yang terpasang.
Kita akan lihat bagaimana terbentuknya konsep diri dari ilustrasi berikut :
Saat anda masih kecil anda tidak sengaja memecahkan
gelas lalu ibu anda mengatakan. “Anak bodoh, masak mbawa gelas aja gak
becus!”. Dengan begitu anak tersebut akan berpikir saya ini adak yang bodoh dan tidak becus, sehingga secara otomatis kata-kata tersebut yang selalu diingatnya.
Lalu saat disekolah anak tersebut mendapat nilai jelek, sehingga anak tersebut kembali mengkonsep dirinya bahwa saya ini benar-benar bodoh, berarti yang dikatakan ibu pada saat saya memecahkan gelas itu benar bahwa saya bodoh. dan otomatis anak tersebut juga sudah tahu apabila sepulang sekolah nanti ibunya tahu dia mendapat nilai jelek pasti saya akan kembali dikatakan anak bodoh.
Dengan begitu secara tidak langsung anak tersebut sudah mengkonsep dirinya bahwa "Saya ini anak bodoh"
Dari
kisah diatas dapat anda lihat efek yang akan terjadi apabila konsep diri yang
kita miliki adalah salah satu dari ilustrasi diatas, bisa jadi positif bahkan mungkin
negatif.
Anda dapat menganalisanya melalui pengalaman anda sendiri, bagaimana orangtua, guru dan lingkungan memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan konsep diri anda.
Mengubah
dan meningkatkan konsep diri
Sangat
tidak pantas sekali jika kita langsung menyalahkan orangtua atau guru yang
dimasa lalu telah membentuk konsep diri anda menjadi “Saya Bodoh”.
Kita sudah dewasa, jadi kita harus merubahnya sendiri.Bagaimana
caranya?
Caranya sebagai berikut :
1. Kisah Sukses: Berupa kejadian, peristiwa,
pengalaman, atau apa saja yang pernah anda alami dalam
hidup yang dirasa
istimewa. Kisah sukses ini harus anda tulis diatas kertas, tulislah kisah
sukses terkini
lalu mundur lagi, terus mundur sampai saat anda masih kecil,
sampai kisah sukses paling lama yang bisa
anda ingat. Ini akan membantu diri
agar memberi self-talk positif dan menghentikan self-talk negatif
disaat mengalami kegagalan.
2. Simbol Sukses: Bentuknya dapat berupa Trofi,
sertifikat ijazah, surat penghargaan, lencana, foto,
tanda tangan orang yg
dikagumi, rekaman video, kaset, dll.Simbol sukses ini sebagai Reminder
(pengingat) akan keberhasilan yang pernah kita raih. Kisah & simbol sukses
ini dapat memperkuat
pondasi konsep diri anda.
3. Afirmasi Positif: Siapakah orang yang paling anda
percayai pendapatnya di dunia ini ?Tentu saja anda
sendiri. Maka dari itu
tanamkan pada diri kita benih kepercayaan diri dengan ucapan-ucapan positif
(Afirmasi Positif). Afirmasi Positif dapat dibuat dgn benar, yakni :
a.
Harus
Positif.Jangan gunakan kalimat, “Saya tidak bodoh!” tapi
gunakanlah kalimat, “Saya cerdas dan terampil!”
b. Menggunakan kalimat waktu sekarang.Jangan menggunakan kalimat, “ Besok saya akan rajin
belajar,” tapi gunakan kalimat,”Saya adalah murid yang rajin belajar.”
c. Bersifat pribadi.Gunakan kata “saya”Misalnya,”Saya murid yang pintar dan….”
d. Persisten.Lakukan selama 21 hari non-stop.
e. Dengan hasrat dan antusiasme yang besar.Libatkan emosi anda saat mengucapkan kalimat
afirmasi anda.
4. Visualisasi Multi SensoriAgar dapat melakukan cara ini,
anda harus masuk dalam kondisi
alfa(kondisi di saat anda ingin tidur sehingga
terasa rileks dan agak “fly”).Setelah masuk kondisi alfa,
lakukan
langkah-langkah untuk melakukan visualisasi multi sensori, yakni :
a..
Tuliskan
semua hal-hal positif seperti sikap, kepribadian, karakter, integritas, atau
apa saja yang anda perlu ada dalam diri anda yang sukses.
b. Masuklah ke dalam kondisi alfa.
c.
Saat
kondisi alfa, gunakan mata pikiran untuk melihat diri sendiri yang telah sukses
lengkap dengan semua hal positif yang telah anda tuliskan. Lihatlah diri anda
yang sedang menerima ucapan selamat dan pandangan hormat & kagum dari orang
sekitar anda.Setelah elihat diri anda, coba rasakan perasaan anda saat
itu?Masuk lebih dalam dan nikmati! Saat melihat & merasakan hal tersebut,
suara apa yang muncul dalam benak anda?apa yang anda katakan mengenai diri anda
sendiri? (Lakukan selama 10 menit)
d.
Setelah
itu, buka mata perlahan-lahan, gerakkan ujung jari anda. Jangan langsung
bergerak!Resapi perasaan sukses yang sedang anda rasakan.
Mengenal Diri
Mengenal Diri: Inilah Salah Satu
Rahasia Pengembangan Diri
Sejauh mana Anda mengenal diri Anda?
Bila Anda tidak begitu mengenal siapa Anda- Anda tidak perlu risau. Banyak
seperti Anda bahkan ada yang gelisah sekalipun mereka sudah merasa mengetahui
dirinya. Ada yang merasa takut kalau mereka salah memahami dan mengukur nilai
diri mereka. Mengenal diri adalah salah satu kunci rahasia untuk pengembangan
diri.
Para ahli selalu menganjurkannya. Immanuel Kant misalnya, pernah
mengajukan beberapa pertanyaan, "Siapakah saya? Apa yang seharusnya saya
ketahui? Apa yang seharusnya saya kerjakan? Dan apa harapan saya?" Ia
merangkum pertanyaan-pertanyaan yang sangat fundamental bagi Anda dan saya,
pertanyaan-pertanyaan yang Anda dan saya harus tanya dan jawab juga.
Namun, Agustinus, yang hidup pada
abad ke empat, memberikan pernyataan yang lebih ringkas. Ia mengatakan,
"Saya hanya perlu mengenal dua hal: jiwa saya dan Tuhan." Agustinus
seperti mengabaikan pengetahuan akan alam. Seolah-olah ia mengatakan bahwa
mengetahui alam bukanlah prioritas utama bagi manusia, tetapi mengenal Tuhan
dan mengenal diri- itulah yang terpenting.
Saya mengaminkan pandangan
Agustinus. Mengenal Tuhan dan diri kita- inilah kunci rahasia untuk
pengembangan diri kita yang sejati. Tidak cukup kita hanya mengenal siapa
diri kita, apa yang harus kita ketahui, apa yang harus kita kerjakan, dan apa
harapan kita. Pengenalan diri harus dipadu dengan pengenalan akan Tuhan. Namun,
hanya dengan mengenal Tuhan, Anda dan saya dapat mengenal diri kita yang
sesungguhnya.
Mengenal diri
berarti:
Memahami
kekhasan fisiknya, kepribadian (watak, temperamennya, sikap dan sifat), mengenal bakat-bakat
alamiah yang dimilikinya serta punya gambaran atau konsep yang jelas tentang
diri sendiri dengan segala kekuatan dan kelemahannya.
Manfaat
dan tujuan mengenal diri:
Seseorang
dapat mengenal kenyataan dirinya, dan sekaligus kemungkinan-kemungkinannya,
serta (diharapkan mengetahui peran apa yang harus dia mainkan untuk
mewujudkannya
Cara
Mengenal Diri:
Mengenal diri tidak
lepas dari usaha yang disengaja, seperti yang sedang kita lakukan sekarang
ini. Kita dapat mengenal diri sendiri dengan bantuan ilmu pengetahuan dan
teknologi; dengan bantuan teman dan pengalaman beraneka ragam tentang diri
sendiri dalam beradaptasi dengan lingkungan.
1. Melalui sejarah perkembangan diri
Kita dapat
mempelajari uraian mengenai sejarah perkembangan manusia, seperti evolusi
perkembangan
fisik manusia. Di situ kita mendapat pemahaman tentang banyak
hal mengenai diri kita, bukan saja
menyangkut perkembangan fisik manusia
melainkan juga perkembangan peradabannya, sebagai hasil dari
perpaduan
perkembangan baik fisik maupun psikis.
2. Melalui
penelusuran bakat dan kepribadian
Kita juga dapat
mengenal diri melalui cara penelusuran bakat dan kepribadian. Terdapat
beberapa tipe
kepribadian dengan ciri-cirinya yang khas. Setiap orang,
selain merupakan perpaduan dari beberapa tipe,
juga memiliki sifat-sifat
tertentu yang dominan sehingga dapat digolongkan pada tipe tertentu.
Sifat-sifat
khas ini akan mewarnai penampilan seseorang dalam hidupnya,
menyertai seseorang dalam berhadapan
dengan lingkungannya,
kejadian-kejadian yang melibatkannya, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Begitu juga sifat-sifat khas ini dapat ikut menentukan
keberhasilan dan kegagalan seseorang.
Melalui metode penelusuran bakat,
seseorang dapat dengan baik mengetahui bakat-bakat dominannya,
yang sering
menjadi pedoman dalam penerimaan tugas serta tanggungjawab yang akan
diembannya.
3. Melalui
pengalaman sehari-hari
Pengalaman-pengalaman
nyata juga dapat menjadi jalan untuk mengenal diri sendiri. Kesabaran atau
ketidaksabaran dalam antrian, kesediaan untuk mengalah, kegigihan dalam
mewujudkan cita-cita,
ketekunan dalam tugas, kesetiaan menepati janji,
kepekaan terhadap lingkungan, dan sebagainya. Kita
dapat melihat diri
sendiri dengan meninjau kembali pengalamanpengalaman dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.
4. Melalui kebersamaan dengan orang
lain
Kita dapat juga
mengenal diri sendiri melalui kebersamaan dengan orang lain. Kita dapat
meneropong diri
dengan membandingkannya dengan orang lain. Dengan itu kita
dapat melihat persamaan dan perbedaan
kita dengan orang lain, yang
sekaligus memperlihatkan kekhususan diri kita. Dalam berhadapan dengan
orang-orang lain disitu juga kita megungkapkan siapa diri kita, melalui
tutur kata kita, melalui sikap dan
perilaku kita terhadap satu sama lain.
5. Melalui kaca
mata orang lain
Selain beberapa
cara yang telah dikemukakan, kita juga dapat mengenal diri sendiri melalui
“kaca mata”
orang lain, teman, sahabat, dan orang-orang lain yang dekat
dengan kita, mengenai bagaimana kesan dan
penilaian mereka terhadap diri
kita. Kadang-kadang orang lain lebih objektif mengenal diri kita dari pada
kita sendiri. Untuk itu ada baiknya bila kita bertanya tentang diri
kita pada orang lain, pada orang yang
cukup mengenal kita secara dekat,
yang mau dan berani terus terang mengatakan apa adanya tentang diri
kita
sebagaimana mereka amati dan alami serta rasakan tentang kita.
6. Melalui
refleksi pribadi
Cara yang tidak
kalah baiknya untuk mengenal diri sendiri adalah dengan melakukan refleksi
pribadi
tentang diri sendiri. Cara ini bisa dilakukan kapan kita mau,
kapan kita bisa ambil waktu khusus tanpa
mengganggu jadwal penting yang
lain. Ada cukup banyak orang yang melakukan hal ini dalam bentuk
retret
atau rekoleksi, tafakur atau bentuk kegiatan rohani lainnya. Terserah mana
yang dirasa paling
cocok untuk diri sendiri.
Demikianlah ada
bermacam-macam cara yang terbuka bagi kita dalam usaha mengenal diri sendiri.
Perpaduan dari berbagai cara itu dapat memberi kita pemahaman yang semakin
baik tentang diri kita. Pemahaman yang semakin baik terhadap diri sendiri
akan sangat membantu dalam rangka menerima dan mengembangkan diri sendiri.
Kesimpulannya
Untuk menjadi
pribadi yang semakin dewasa, kita harus mengenal diri kita dengan
baik. Dengan mengenal diri secara memadai, akan lebih mudah bagi kita
untuk mengelola diri kita sendiri, kita akan lebih mudah menentukan
pilihan-pilihan hidup kita, yang sesuai dengan kondisi dan potensi yang
kita miliki. Ada banyak cara yang bisa kita tempuh untuk mengenal diri
dengan baik. Kita dapat melakukannya dengan cara melihat pengalaman dan sejarah
hidup kita sendiri, termasuk memperhatikan kebersamaan kita dengan
orang-orang lain dalam pergaulan atau interaksi sehari-hari. Kita juga
bisa mengenal diri melalui kaca mata orang lain, terutama mereka yang
sangat dekat dengan kita. Dan tidak kalah penting adalah melalui refleksi yang
kita lakukan atas diri kita sendiri.
Dengan mengenal
diri sendiri maka kita memiliki konsep diri yang jelas, kita
dapat memetakan diri kita sendiri, mengenal dengan baik kekuatan-kekuatan
dan kelemahankelemahan yang ada dalam diri kita serta mengelolanya,
sehingga kita lebih bisa menjalankan hidup kita secara lebih terarah
sekaligus menyenangkan.
Menerima Diri
Kemampuan
Untuk Membina Hubungan Dengan Orang Lain
- Manusia mempunyai relationships imperative yaitu hasrat untuk memiliki dan mencari hubungan dengan orang lain
- Banyak orang kurang memiliki dasar membina hubungan interpersonal, seperti kurang mampu mengenali ungkapan emosi orang lain
- Orang yang kurang memiliki kemampuan berhubungan dengan orang lain sering terlihat menyendiri, terasing dan kurang mampu menunjukkan prestasi
- Membina hubungan dengan orang lain juga penting, karena membantu menumbuhkan dan mengembangkan potensi positif dalam diri serta membangun jati diri yang positif dan sesuai
- Kemampuan untuk membangun, mengembangkan dan memelihara suatu hubungan antara lain: membuka diri pada orang lain, mengenali diri sendiri, mempercayai orang lain dan menjadi orang yang dapat dipercaya, mengkomunikasikan perasaan secara akurat, menerima dan mendukung orang lain, memecahkan konflik dan masalah yang timbul ketika berhubungan dengan orang lain ▬► kemampuan-kemampuan ini semuanya dapat dipelajari.
Tips mempelajari kemampuan untuk
membina hubungan interpersonal:
- Pahami mengapa kemampuan ini penting
- Pahami apa kemampuan ini
- Cari situasi untuk mempraktekkan kemampuan ini
- Ajak seseorang untuk mengamati dan memberi tahu bagaimana kita menampilkan ketrampilan ini
- Keep practicing (terus latihan)
- Arahkan latihan menuju sukses
- Cari teman yang dapat memberi semangat
- Terus latihan sampai terasa benar-benar bisa
Membuka Diri
adalah mengemukakan bagaimana reaksi terhadap situasi yang dialami saat ini dan
memberikan informasi yang relevan mengenai masa lalu sebagai usaha untuk memahami
mengapa pada saat ini muncul reaksi tertentu.
Peran membuka diri:
- Memperbesar kemungkinan disukai orang lain
- Kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh relasi yang menyenangkan
- Memungkinkan memiliki hubungan dengan komunikasi yang lebih intim
Membuka
diri harus ditunjukkan pada situasi dan jenis hubungan yang tepat, antara lain:
- Situasi yang spesifik dan merupakan bagian dari hubungan yang berkelanjutan
- Hubungan yang bersifat dua arah
- Memperhatikan yang terjadi pada saat itu
- Menciptakan situasi yang dapat mempererat hubungan
- Memperhitungkan akibat yang akan timbul
- Keinginan membuka diri meningkat ketika terjadi krisis dalam hubungan
- Membuka diri membuat hubungan
jadi lebih mendalam
Manfaat menerima diri :- Merasa senang terhadap diri sendiri- Merasa lebih berharga- Menerima kelebihan dan kekurangan- Percaya diri- Membangun sikap positif terhadap diri sendiri- Mampu menerima orang lainCara Menerima Diri :• Syukuri apa yang telah dimiliki• Jangan terlalu sering mengkritik diri sendiri• Terima pujian• Luangkan waktu bersama orang-orang positif• Tanamkan pikiran kita akan berhasil dan bahagia• Membaca buku-buku pengembangan kepribadian• Berusaha menggali potensi yang terbaikBagaimana Menjadi Percaya Diri?
Dalam bahasa gaul harian, pede yang kita maksudkan adalah percaya diri. Semua orangsebenarnya punya masalah dengan istilah yang satu ini. Ada orang yang merasa telah kehilanganrasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya. Mungkin terkait dengan soal krisisdiri, depresi, hilang kendali, merasa tak berdaya menatap sisi cerah masa depan, dan lain-lain. Adajuga orang yang merasa belum pede dengan apa yang dilakukannya atau dengan apa yangditekuninya. Ada juga orang yang merasa kurang percaya diri ketika menghadapi situasi ataukeadaan tertentu. Berdasarkan praktek hidup, kita bisa mengatakan bahwa yang terakhir itunormal dalam arti dialami oleh semua manusia.Sebenarnya apa sih yang kita maksudkan dengan istilah pede itu? Kalau melihat ke literaturilmiahnya, ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan pede ini.Di sini saya hanya ingin menyebutkan empat saja:Self-concept: bagaimana Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimanaAnda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Andamengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan.Self-esteem: sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmanaAnda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diriAnda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai,bermartabat atau berharga di dalam diri AndaSelf efficacy: sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untukbisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus(to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga,sejauhmana Anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menanganiurusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy.Self-confidence: sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda ataskemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya“kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari selfesteem dan self-efficacy (James Neill, 2005).
Berdasarkan itu semua, kita juga bisa membuat semacam kesimpulan bahwa kepercayaan-diri ituadalah efek dari bagaimana kita merasa (M1), meyakini (M2), dan mengetahui (M3). Orang yangpunya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan negatifterhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuanyang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya. Ketika ini dikaitkan dengan praktekhidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan rendah atau telah kehilangan kepercayaan,cenderung merasa / bersikap sebagai berikut :* Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secarasungguh- sungguh* Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang)* Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan* Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah* Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak optimal)* Canggung dalam menghadapi orang* Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkanyang meyakinkan* Sering memiliki harapan yang tidak realistis* Terlalu perfeksionis* Terlalu sensitif (perasa)Sebaliknya, orang yang kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadapdirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadapkemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanyamerasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwadirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.Berbagai studi dan pengalaman telah menjelaskan bahwa kepercayaan diri seseorang terkaitdengan dua hal yang paling mendasar dalam praktek hidup kita.Pertama, kepercayaan diri terkait dengan bagaimana seseorang memperjuangkan keinginannya untuk meraih sesuatu (prestasi atau performansi). Ini seperti dikatakan Mark Twin: “Apa yang Anda butuhkan untuk berprestasi adalah memiliki komitment yang utuh dan rasa percaya diri. “Kedua, kepercayaan diri terkait dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah yang menghambat perjuangannya. Orang yang kepercayaan dirinya bagus akan cenderung berkesimpulan bahwa dirinya “lebih besar” dari masalahnya. Sebaliknya, orang yang punya kepercayaan diri rendah akan cenderung berkesimpulan bahwa masalahnya jauh lebih besar dari dirinya. Ini seperti yang diakui Mohammad Ali. “Satu-satunya yang membuat orang lari dari tantangan adalah lemahnya kepercayaan diri.”Kesimpulan Bandura (Dr. Albert Bandura, 1994), menjelaskan bahwa self-efficacy yang bagus punya kontribusi besar terhadap motivasi seseorang. Ini mencakup antara lain: bagaimana seseorang merumukan tujuan atau target untuk dirinya, sejauh mana orang memperjuangkan target itu, sekuat apa orang itu mampu mengatasi masalah yang muncul, dan setangguh apa orang itu bisa menghadapi kegagalannya.Tak hanya Bandura yang kesimpulan semacam itu. Pakar pendidikan juga punya kesimpulanyang bernada sama. Self-efficacy yang bagus akan menjadi penentu keberhasilan seseorang(pelajar) dalam menjalankan tugas. Mereka lebih punya kesiapan mental untuk belajar, lebihpunya dorongan yang kuat untuk bekerja giat, lebih tahan dalam mengatasi kesulitan dan lebihmampu mencapai level prestasi yang lebih tinggi (Pajares & Schunk, The Development ofAchievement Motivation, San Diego: Academic Press, 2002.).Sisi-sisi NegatifSecara normal bisa dikatakan bahwa semua orang ingin memiliki kepercayaan diri yang tinggi ataukuat. Ini misalnya terkait dengan dua hal yang sudah kita bahas di muka. Hanya memang ada satuhal yang perlu kita waspadai bahwa ada beberapa sisi-sisi negatif di balik kepercayaan diri yangtinggi itu. Sisi-sisi negatif ini perlu kita kelola secara proporsional agar tidak membuahkan sikapdan perilaku yang merugikan atau merusak. Di antara sisi negatif itu adalah: Arogansi. Kita merendahkan orang lain (looking down atau humiliate) karena merasa lebih tinggi atau lebih di atas. Arogansi seperti ini ditolak oleh semua tatanan nilai di dunia ini. Sah-sah saja kita merasa lebih dari orang lain tetapi yang paling penting di sini adalah jangan sampai kita memandang rendah orang lain, apalagi menghina baik dengan kata-kata maupun perbuatan. Merasa paling benar sendiri dan tidak bisa menerima kebenaran milik orang lain. Terkadang memang ada alasan untuk merasa benar tetapi yang perlu kita waspadai adalah munculnya perasaan paling benar yang membuat kita menyimpulkan orang lain semua salah. Biarpun kita benar tetapi kalau kita merasa semua orang lain salah, ini bisa membuat kita salah. Menolak opini orang lain / tidak bisa mendengarkan pendapat orang lain, saran orang lain, tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain atau keras kepala (stubbornness). Opini orang lain memang tidak semuanya perlu kita dengarkan tetapi juga tidak semuanya perlu ditolak. Ada hal-hal positif yang bisa kita ambil dari opini orang lain. Konon, salah satu faktor yang membuat para pengusaha ambruk setelah mengalami kejayaan adalah karena menolak mendengarkan opini orang lain, menolak belajar dari orang lain, bersikap fleksibel terhadap perubahan. Mereka menjadi orang yang tertutup oleh pengalaman kejayaannya selama ini. Memiliki model komunikasi yang agresif, otoriter, bergaya memaksa atau tanpa empati. Model komunikasi demikian kerap menimbulkan kualitas hubungan yang kurang “sincere”, di samping juga lebih banyak mengundang konflik, perlawanan atau resistensi. Secara naluri, orang lain akan lebih nyaman bila didekati dengan model komunikasi yang empatik, asertif atau persuasif. Kurang perhitungan terhadap bahaya potensial atau kurang perhatian terhadap hal-hal yang detail. Berani menghadapi tantangan, punya keyakinan yang tinggi atas kemampuan dalam mengatasi masalah atau berpikir “beyond the technique” itu memang positif dan dibutuhkan. Tetapi jika ini membuat kita terbiasa menyepelekan, menganggap enteng atau careless, sembrono, dan semisalnya, tentu membahayakan. Kurang bisa mempercayai kapasitas orang lain atau terlalu perfeksionis dalam menilai orang lain. Tidak mudah mempercayai omongan orang lain atau tidak mudah mempercayai penjelasan orang lain atas kemampuannya sebelum ada bukti-bukti yang nyata, memang ini dibutuhkan. Ada kalanya kita tidak bisa 100% mempercayai orang lain. Tetapi akan jadi masalah jika kita tidak bisa mempercayai orang lain untuk semua hal, tidak bisa mendelegasikan pada orang lain untuk semua pekerjaan, selalu underestimate, selalu ingin menjadi “polisi” atas orang lain dan semisalnya, ini bisa menyusahkan diri sendiri. Punya penilaian-diri yang “over”, mematok imbalan yang terlalu tinggi, menuntut diperlakukan secara terlalu idealis. Sah-sah saja kita punya penilaian diri yang setinggi langit sekali pun, mematok “harga” setinggi-tingginya, namun jika itu malah membuat hidup kita sempit, berarti kita perlu memunculkan pemikiran alternatif dan belajar menjadi fleksibel. Jangan sampai kita patah gara-gara kita terlalu keras. Jangan sampai pula kita tidak bisa membedakan antara tahu diri dan tidak tahu diri dalam praktek. Bedanya sangat tipis.Sisi-sisi negatif yang saya sebutkan di atas mungkin bisa kita sebut dengan istilah “terlalu pede”. Ini juga berbeda dengan pede. Menurut kaidah yang berlaku dalam praktek hidup, sesuatu yang sudah terlalu, itu biasanya jelek dan dipandang jelek.Membangun Kepercayaan diriBagi sebagian kita yang punya masalah seputar rendahnya kepercayaan-diri atau merasa telahkehilangan kepercayaan diri, mungkin Anda bisa menjadikan langkah-langkah berikut ini sebagaiproses latihan:1. Menciptakan definisi diri positif.Steve Chandler mengatakan, “Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinanmu adalahmengubah definisi dirimu.” Bagaimana menciptkan definisi diri positif. Di antara cara yang bisa kitalakukan adalah:o Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri / membuat opini yang positiftentang diri sendiri. Positif di sini artinya yang bisa mendorong atau yang bisamembangun, bukan yang merusak atau yang menghancurkan.o Belajar melihat bagian-bagian positif / kelebihan / kekuatan yang kita milikio Membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan, darimulai yang paling kecil dan dari mulai yang bisa kita lakukan hari ini.Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan opini diri negatif yang muncul, seperti misalnya saya tidak punya kelebihan apa-apa, hidup saya tidak berharga, saya hanya beban masyarakat, dan seterusnya. Setelah kita menghentikan, tugas kita adalah menggantinya dengan yang positif, konstruktif dan motivatif. Ini hanya syarat awal dan tidak cukup untuk membangun kepercayaan diri.2. Memperjuangkan keinginan yang positifSelanjutnya adalah merumuskan program / agenda perbaikan diri. Ini bisa berbentuk misalnyamemiliki target baru yang hendak kita wujudkan atau merumuskan langkah-langkah positif yanghendak kita lakukan. Entah itu besar atau kecil, intinya harus ada perubahan atau peningkatan kearah yang lebih positif. Semakin banyak hal-hal positif (target, tujuan atau keinginan) yangsanggup kita wujudkan, semakin kuatlah pede kita. Kita perlu ingat bahwa pada akhirnya kitahanya akan menjadi lebih baik dengan cara melakukan sesuatu yang baik buat kita. Titik. Tidakada yang bisa mengganti prinsip ini.3. Mengatasi masalah secara positifPede juga bisa diperkuat dengan cara memberikan bukti kepada diri sendiri bahwa kita ternyataberhasil mengatasi masalah yang menimpa kita. Semakin banyak masalah yang sanggup kitaselesaikan, semakin kuatlah pede. Lama kelamaan kita menjadi orang yang tidak mudah minderketika menghadapi masalah. Karena itu ada yang mengingatkan, begitu kita sudah terbiasamenggunakan jurus pasrah atau kalah, ini nanti akan menjadi kebiasaan yang membuat kitaseringkali bermasalah.4. Memiliki dasar keputusan yang positif.Kalau dibaca dari praktek hidup secara keseluruhan, memang tidak ada orang yang selalu yakinatas kemampuannya dalam menghadapi masalah atau dalam mewujudkan keinginan. Orang yangsekelas Mahatma Gandhi saja sempat goyah ketika tiba-tiba realitas berubah secara takterduga-duga. Tapi, Gandhi punya cara yang bisa kita tiru: “Ketika saya putus asa maka sayaselalu ingat bahwa sepanjang sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalumenang. Ada beberapa tirani dan pembunuhan yang sepintas sepertinya menang tetapi akhirnyakalah. Pikirkan ucapan saya ini, SELALU”. Artinya, kepercayaan Gandhi tumbuh lagi setelahmengingat bahwa langkahnya sudah dilandasi oleh prinsip-prinsip yang benar.5. Memiliki model / teladan yang positifYang penting lagi adalah menemukan orang lain yang bisa kita contoh dari sisi kepercayaan
dirinya. Ini memang menuntut kita untuk sering-sering membuka mata melihat orang lain yanglebih bagus dari kita lalu menjadikannya sebagai pelajaran. Saking pentingnya peranan oranglain ini, ada yang mengatakan bahwa kita bisa memperbaiki diri dari dua hal: a) pengalamanpribadi (life experiencing) dan b) duplicating (mencontoh dan mempelajari orang lain).Buktikan!Selamat mencoba.
Jika ada pertanyaan, saran atau kritik dapat anda tulis disini
BalasHapusthanks