Minggu, 29 April 2012

KONSEP DIRI - "Materi Kuliah KCP"

BAB  II
KONSEP DIRI

Menurut Stuart & Sadden
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. 
Secara Umum
Konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

1. Teori perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.




Proses Perkembangan Konsep Diri

Proses perkembangan konsep diri tidak pernah sungguh-sungguh berakhir, hal itu berjalan terus dengan aktif dari saat kelahiran sampai kepada kematian sejalan dengan individu tersebut secara terus-menerus menemukan potensi-potensi baru di dalam proses ‘menjadi’ tersebut. Dengan kata lain, untuk memiliki sebuah konsep diri, anak itu harus memandang dirinya sendiri sebagai sebuah obyek yang jelas berbeda dan mampu melihat dirinya dari obyek-obyek lainnya, lalu dia menjadi sadar terhadap perspektif-perspektif lainnya, hanya di dalam cara yang demikianlah dia dapat sadar terhadap evaluasi-evaluasi dari orang-orang lain terhadap dirinya (Burns, 1993:188).

Sedangkan menurut Hurlock (1999:238-239) perkembangan konsep diri seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik, tendensi sosial, intelegensi, taraf aspirasi, emosi dan prestise sosialnya. Pengaruh lain datang dari teman-teman dekatnya, keluarganya dan orang-orang yang dikaguminya. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap perkembangan konsep diri seseorang akan tergantung pada penghayatan emosional seseorang terhadap faktor-faktor yang dimilikinya. Bila nuansa penghayatan tersebut cenderung bangga (positif) maka akan berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri kearah yang positif pula atau bisa juga sebaliknya.


Komponen Konsep Diri

3 komponen konsep diri yang sangat penting karena akan mempengaruhi hidup kita mulai saat kecil hingga sekarang, komponen tersebut antara lain :
1.      Diri Ideal (Extant Self) : "Siapa saya" Dalam konteks dunia pendidikan, diri ideal yang sering 
      ditetapkan orangtua adalah anak harus mendapat nilai sempurna (100 atau A). Bagaimana anda 
      menetapkan standard ideal dari diri anda sendiri.
2.      Citra Diri (Desire Self) : "Saya ingin jadi apa" 
      Anda akan selalu bertindak atau bersikap sesuai dengan gambar yang muncul dalam cerminan/citra diri 
      anda. Bagaimana anda ingin menjadikan diri anda sebagai seorang individu yang sesuai dengan   
      keinginan anda.
3.      Harga Diri (Presenting Self) : "Saya dinilai orang lain seperti apa". Semakin anda menyukai diri anda, 
      menerima diri anda, & hormat pada diri anda sendiri sebagai seorang yang berharga & bermakna, maka 
      semakin tinggi harga diri anda. Bagaimana anda bisa menghargai diri anda sehingga orang lain dapat 
      menghargai anda.
          
Kesimpulannya dapat dimisalkan sebagai berikut : Orangtua anda menetapkan diri ideal anda harus mendapat nilai 100 untuk ulangan Matematika, tetapi anda hanya dapat nilai 60 (Citra diri). Yang terjadi sekarang adalah diri ideal tidak sejalan dengan citra diri.Ini sudah pasti akan berpengaruh pada harga diri anda.    

Hubungan antara Extant Self dan Desired Self
    1. Bila kesenjangan antara extant self dan desired self kecil, ini berarti seseorang merasa puas pada dirinya dan mungkin tidak ingin mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik
    2. Bila kesenjangan antara extant self dan desired self besar, ini berarti bahwa mungkin seseorang mempunyai keinginan yang sangat tinggi untuk berubah dan mungkin tidak realistik
    3. Bila kesenjangan antara extant self dan desired self moderat (sedang-sedang saja), maka kondisi ini adalah yang paling bagus, karena orang itu menyadari keadaan dirinya sekarang dan menentukan tujuan yang masuk akal sehingga membuatnya terpacu untuk mengembangkan konsep dirinya

Bagaimana Konsep Diri Terbentuk.


Bangunan konsep diri itu seperti meja, dimana terdapat kaki-kaki penyokongnya. Yang sangat berperan dalam “Meja” tersebut antara lain :
1.                  Siapa yang memasang kaki tersebut?Pertama Orangtua dan setelah itu Guru
2.                  Seberapa intensitas emosi yang timbul saat itu?Sedih,malu,bahagia,bangga,dll
3.                  Repetisi.Semakin sering, berarti semakin kuat kaki yang terpasang.            

Kita akan lihat bagaimana terbentuknya konsep diri dari ilustrasi berikut :
Saat anda masih kecil anda tidak sengaja memecahkan gelas lalu ibu anda mengatakan. “Anak bodoh, masak mbawa gelas aja gak becus!”. Dengan begitu anak tersebut akan berpikir saya ini adak yang bodoh dan tidak becus, sehingga secara otomatis kata-kata tersebut yang selalu diingatnya.



Lalu saat disekolah anak tersebut mendapat nilai jelek, sehingga anak tersebut kembali mengkonsep dirinya bahwa saya ini benar-benar bodoh, berarti yang dikatakan ibu pada saat saya memecahkan gelas itu benar bahwa saya bodoh. dan otomatis anak tersebut juga sudah tahu apabila sepulang sekolah nanti ibunya tahu dia mendapat nilai jelek pasti saya akan kembali dikatakan anak bodoh.

Dengan begitu secara tidak langsung anak tersebut sudah mengkonsep dirinya bahwa "Saya ini anak bodoh"
Berbeda kisahnya seandainya saat memecahkan gelas, ibu anda mengatakan “Kamu tidak apa-apa Nak?Lain kali hati-hati ya..”. Dan saat ujian orangtua anda menghargai nilai anda, dan memberi motivasi agar lebih giat belajar. Maka konsep diri yang terbentuk adalah "Saya harus berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan dan saya harus giat belajar agar mendapat nilai bagus. 
Dari kisah diatas dapat anda lihat efek yang akan terjadi apabila konsep diri yang kita miliki adalah salah satu dari ilustrasi diatas, bisa jadi positif bahkan mungkin negatif. 
Anda dapat menganalisanya melalui pengalaman anda sendiri, bagaimana orangtua, guru dan lingkungan memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan konsep diri anda.


Mengubah dan meningkatkan konsep diri   
        
Sangat tidak pantas sekali jika kita langsung menyalahkan orangtua atau guru yang dimasa lalu telah membentuk konsep diri anda  menjadi “Saya Bodoh”. Kita sudah dewasa, jadi kita harus merubahnya sendiri.Bagaimana caranya? 


Caranya sebagai berikut :
1.      Kisah Sukses: Berupa kejadian, peristiwa, pengalaman, atau apa saja yang pernah anda alami dalam 
      hidup yang dirasa istimewa. Kisah sukses ini harus anda tulis diatas kertas, tulislah kisah sukses terkini 
      lalu mundur lagi, terus mundur sampai saat anda masih kecil, sampai kisah sukses paling lama yang bisa 
      anda ingat. Ini akan membantu diri agar memberi self-talk positif dan menghentikan self-talk negatif 
      disaat mengalami kegagalan.  
2.      Simbol Sukses: Bentuknya dapat berupa Trofi, sertifikat ijazah, surat penghargaan, lencana, foto,
      tanda tangan orang yg dikagumi, rekaman video, kaset, dll.Simbol sukses ini sebagai Reminder 
      (pengingat) akan keberhasilan yang pernah kita raih. Kisah & simbol sukses ini dapat memperkuat 
      pondasi konsep diri anda. 
3.      Afirmasi Positif: Siapakah orang yang paling anda percayai pendapatnya di dunia ini ?Tentu saja anda 
      sendiri. Maka dari itu tanamkan pada diri kita benih kepercayaan diri dengan ucapan-ucapan positif 
      (Afirmasi Positif). Afirmasi Positif dapat dibuat dgn benar, yakni :
           a.      Harus Positif.Jangan gunakan kalimat, “Saya tidak bodoh!” tapi gunakanlah kalimat, “Saya 
                 cerdas dan terampil!” 
           b.      Menggunakan kalimat waktu sekarang.Jangan menggunakan kalimat, “ Besok saya akan rajin 
                 belajar,” tapi gunakan kalimat,”Saya adalah murid yang rajin belajar.” 
           c.       Bersifat pribadi.Gunakan kata “saya”Misalnya,”Saya murid yang pintar dan….” 
           d.      Persisten.Lakukan selama 21 hari non-stop. 
           e.       Dengan hasrat dan antusiasme yang besar.Libatkan emosi anda saat mengucapkan kalimat 
                 afirmasi anda.           
4.      Visualisasi Multi SensoriAgar dapat melakukan cara ini, anda harus masuk dalam kondisi
      alfa(kondisi di saat anda ingin tidur sehingga terasa rileks dan agak “fly”).Setelah masuk kondisi alfa,  
      lakukan langkah-langkah untuk melakukan visualisasi multi sensori, yakni :
a..       Tuliskan semua hal-hal positif seperti sikap, kepribadian, karakter, integritas, atau apa saja yang anda perlu ada dalam diri anda yang sukses.
b.     Masuklah ke dalam kondisi alfa.
c.          Saat kondisi alfa, gunakan mata pikiran untuk melihat diri sendiri yang telah sukses lengkap dengan semua hal positif yang telah anda tuliskan. Lihatlah diri anda yang sedang menerima ucapan selamat dan pandangan hormat & kagum dari orang sekitar anda.Setelah  elihat diri anda, coba rasakan perasaan anda saat itu?Masuk lebih dalam dan nikmati! Saat melihat & merasakan hal tersebut, suara apa yang muncul dalam benak anda?apa yang anda katakan mengenai diri anda sendiri? (Lakukan selama 10 menit)
d.         Setelah itu, buka mata perlahan-lahan, gerakkan ujung jari anda. Jangan langsung bergerak!Resapi perasaan sukses yang sedang anda rasakan. 

 Mengenal Diri

Mengenal Diri: Inilah Salah Satu Rahasia Pengembangan Diri
Sejauh mana Anda mengenal diri Anda? Bila Anda tidak begitu mengenal siapa Anda- Anda tidak perlu risau. Banyak seperti Anda bahkan ada yang gelisah sekalipun mereka sudah merasa mengetahui dirinya. Ada yang merasa takut kalau mereka salah memahami dan mengukur nilai diri mereka. Mengenal diri adalah salah satu kunci rahasia untuk pengembangan diri.

Para ahli selalu menganjurkannya. Immanuel Kant misalnya, pernah mengajukan beberapa pertanyaan, "Siapakah saya? Apa yang seharusnya saya ketahui? Apa yang seharusnya saya kerjakan? Dan apa harapan saya?" Ia merangkum pertanyaan-pertanyaan yang sangat fundamental bagi Anda dan saya, pertanyaan-pertanyaan yang Anda dan saya harus tanya dan jawab juga.

Namun, Agustinus, yang hidup pada abad ke empat, memberikan pernyataan yang lebih ringkas. Ia mengatakan, "Saya hanya perlu mengenal dua hal: jiwa saya dan Tuhan." Agustinus seperti mengabaikan pengetahuan akan alam. Seolah-olah ia mengatakan bahwa mengetahui alam bukanlah prioritas utama bagi manusia, tetapi mengenal Tuhan dan mengenal diri- itulah yang terpenting.

Saya mengaminkan pandangan Agustinus. Mengenal Tuhan dan diri kita- inilah kunci rahasia untuk pengembangan diri kita yang sejati. Tidak cukup kita hanya mengenal siapa diri kita, apa yang harus kita ketahui, apa yang harus kita kerjakan, dan apa harapan kita. Pengenalan diri harus dipadu dengan pengenalan akan Tuhan. Namun, hanya dengan mengenal Tuhan, Anda dan saya dapat mengenal diri kita yang sesungguhnya.

Mengenal diri berarti:

Memahami kekhasan fisiknya, kepribadian (watak, temperamennya, sikap dan sifat), mengenal bakat-bakat alamiah yang dimilikinya serta punya gambaran atau konsep yang jelas tentang diri sendiri dengan segala kekuatan dan kelemahannya.

Manfaat dan tujuan mengenal diri:
Seseorang dapat mengenal kenyataan dirinya, dan sekaligus kemungkinan-kemungkinannya, serta (diharapkan mengetahui peran apa yang harus dia mainkan untuk mewujudkannya

Cara Mengenal Diri:

Mengenal diri tidak lepas dari usaha yang disengaja, seperti yang sedang kita lakukan sekarang ini. Kita dapat mengenal diri sendiri dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi; dengan bantuan teman dan pengalaman beraneka ragam tentang diri sendiri dalam beradaptasi dengan lingkungan.

1. Melalui sejarah perkembangan diri
    Kita dapat mempelajari uraian mengenai sejarah perkembangan manusia, seperti evolusi perkembangan   
    fisik manusia. Di situ kita mendapat pemahaman tentang banyak hal mengenai diri kita, bukan saja  
    menyangkut perkembangan fisik manusia melainkan juga perkembangan peradabannya, sebagai hasil dari 
    perpaduan perkembangan baik fisik maupun psikis.
2. Melalui penelusuran bakat dan kepribadian
    Kita juga dapat mengenal diri melalui cara penelusuran bakat dan kepribadian. Terdapat beberapa tipe  
    kepribadian dengan ciri-cirinya yang khas. Setiap orang, selain merupakan perpaduan dari beberapa tipe, 
    juga memiliki sifat-sifat tertentu yang dominan sehingga dapat digolongkan pada tipe tertentu. Sifat-sifat 
    khas ini akan mewarnai penampilan seseorang dalam hidupnya, menyertai seseorang dalam berhadapan 
    dengan lingkungannya, kejadian-kejadian yang melibatkannya, baik secara langsung maupun tidak 
    langsung. Begitu juga sifat-sifat khas ini dapat ikut menentukan keberhasilan dan kegagalan seseorang. 
    Melalui metode penelusuran bakat, seseorang dapat dengan baik mengetahui bakat-bakat dominannya, 
    yang sering menjadi pedoman dalam penerimaan tugas serta tanggungjawab yang akan diembannya.
3. Melalui pengalaman sehari-hari
    Pengalaman-pengalaman nyata juga dapat menjadi jalan untuk mengenal diri sendiri. Kesabaran atau 
    ketidaksabaran dalam antrian, kesediaan untuk mengalah, kegigihan dalam mewujudkan cita-cita, 
    ketekunan dalam tugas, kesetiaan menepati janji, kepekaan terhadap lingkungan, dan sebagainya. Kita 
    dapat melihat diri sendiri dengan meninjau kembali pengalamanpengalaman dalam menjalankan 
    kehidupan sehari-hari.
4. Melalui kebersamaan dengan orang lain
    Kita dapat juga mengenal diri sendiri melalui kebersamaan dengan orang lain. Kita dapat meneropong diri 
    dengan membandingkannya dengan orang lain. Dengan itu kita dapat melihat persamaan dan perbedaan 
    kita dengan orang lain, yang sekaligus memperlihatkan kekhususan diri kita. Dalam berhadapan dengan 
    orang-orang lain disitu juga kita megungkapkan siapa diri kita, melalui tutur kata kita, melalui sikap dan 
    perilaku kita terhadap satu sama lain.
5. Melalui kaca mata orang lain
    Selain beberapa cara yang telah dikemukakan, kita juga dapat mengenal diri sendiri melalui “kaca mata” 
    orang lain, teman, sahabat, dan orang-orang lain yang dekat dengan kita, mengenai bagaimana kesan dan 
    penilaian mereka terhadap diri kita. Kadang-kadang orang lain lebih objektif mengenal diri kita dari pada 
    kita sendiri. Untuk itu ada baiknya bila kita bertanya tentang diri kita pada orang lain, pada orang yang 
    cukup mengenal kita secara dekat, yang mau dan berani terus terang mengatakan apa adanya tentang diri 
    kita sebagaimana mereka amati dan alami serta rasakan tentang kita.
6. Melalui refleksi pribadi
    Cara yang tidak kalah baiknya untuk mengenal diri sendiri adalah dengan melakukan refleksi pribadi 
    tentang diri sendiri. Cara ini bisa dilakukan kapan kita mau, kapan kita bisa ambil waktu khusus tanpa 
    mengganggu jadwal penting yang lain. Ada cukup banyak orang yang melakukan hal ini dalam bentuk 
    retret atau rekoleksi, tafakur atau bentuk kegiatan rohani lainnya. Terserah mana yang dirasa paling 
    cocok untuk diri sendiri. 

Demikianlah ada bermacam-macam cara yang terbuka bagi kita dalam usaha mengenal diri sendiri. Perpaduan dari berbagai cara itu dapat memberi kita pemahaman yang semakin baik tentang diri kita. Pemahaman yang semakin baik terhadap diri sendiri akan sangat membantu dalam rangka menerima dan mengembangkan diri sendiri.

 Kesimpulannya

Untuk menjadi pribadi yang semakin dewasa, kita harus mengenal diri kita dengan baik. Dengan mengenal diri secara memadai, akan lebih mudah bagi kita untuk mengelola diri kita sendiri, kita akan lebih mudah menentukan pilihan-pilihan hidup kita, yang sesuai dengan kondisi dan potensi yang kita miliki. Ada banyak cara yang bisa kita tempuh untuk mengenal diri dengan baik. Kita dapat melakukannya dengan cara melihat pengalaman dan sejarah hidup kita sendiri, termasuk memperhatikan kebersamaan kita dengan orang-orang lain dalam pergaulan atau interaksi sehari-hari. Kita juga bisa mengenal diri melalui kaca mata orang lain, terutama mereka yang sangat dekat dengan kita. Dan tidak kalah penting adalah melalui refleksi yang kita lakukan atas diri kita sendiri.
Dengan mengenal diri sendiri maka kita memiliki konsep diri yang jelas, kita dapat memetakan diri kita sendiri, mengenal dengan baik kekuatan-kekuatan dan kelemahankelemahan yang ada dalam diri kita serta mengelolanya, sehingga kita lebih bisa menjalankan hidup kita secara lebih terarah sekaligus menyenangkan.


Menerima Diri

Kemampuan Untuk Membina Hubungan Dengan Orang Lain
  • Manusia mempunyai relationships imperative yaitu hasrat untuk memiliki dan mencari hubungan dengan orang lain
  • Banyak orang kurang memiliki dasar membina hubungan interpersonal, seperti kurang mampu mengenali ungkapan emosi orang lain
  • Orang yang kurang memiliki kemampuan berhubungan dengan orang lain sering terlihat menyendiri, terasing dan kurang mampu menunjukkan prestasi
  • Membina hubungan dengan orang lain juga penting, karena membantu menumbuhkan dan mengembangkan potensi positif dalam diri serta membangun jati diri yang positif dan sesuai
  • Kemampuan untuk membangun, mengembangkan dan memelihara suatu hubungan antara lain: membuka diri pada orang lain, mengenali diri sendiri, mempercayai orang lain dan menjadi orang yang dapat dipercaya, mengkomunikasikan perasaan secara akurat, menerima dan mendukung orang lain, memecahkan konflik dan masalah yang timbul ketika berhubungan dengan orang lain ▬► kemampuan-kemampuan ini semuanya dapat dipelajari.
Tips mempelajari kemampuan untuk membina hubungan interpersonal:
  1. Pahami mengapa kemampuan ini penting
  2. Pahami apa kemampuan ini
  3. Cari situasi untuk mempraktekkan kemampuan ini
  4. Ajak seseorang untuk mengamati dan memberi tahu bagaimana kita menampilkan ketrampilan ini
  5. Keep practicing (terus latihan)
  6. Arahkan latihan menuju sukses
  7. Cari teman yang dapat memberi semangat
  8. Terus latihan sampai terasa benar-benar bisa
Membuka Diri adalah mengemukakan bagaimana reaksi terhadap situasi yang dialami saat ini dan memberikan informasi yang relevan mengenai masa lalu sebagai usaha untuk memahami mengapa pada saat ini muncul reaksi tertentu.

Peran membuka diri:
  1. Memperbesar kemungkinan disukai orang lain
  2. Kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh relasi yang menyenangkan
  3. Memungkinkan memiliki hubungan dengan komunikasi yang lebih intim
Membuka diri harus ditunjukkan pada situasi dan jenis hubungan yang tepat, antara lain:
  1. Situasi yang spesifik dan merupakan bagian dari hubungan yang berkelanjutan
  2. Hubungan yang bersifat dua arah
  3. Memperhatikan yang terjadi pada saat itu
  4. Menciptakan situasi yang dapat mempererat hubungan
  5. Memperhitungkan akibat yang akan timbul
  6. Keinginan membuka diri meningkat ketika terjadi krisis dalam hubungan
  7. Membuka diri membuat hubungan jadi lebih mendalam 
    Manfaat menerima diri :
      - Merasa senang terhadap diri sendiri
      - Merasa lebih berharga
      - Menerima kelebihan dan kekurangan
      - Percaya diri
      - Membangun sikap positif terhadap diri sendiri
      - Mampu menerima orang lain

    Cara Menerima Diri :
      Syukuri apa yang telah dimiliki
      Jangan terlalu sering mengkritik diri sendiri
      Terima pujian
    •  Luangkan waktu bersama orang-orang positif
      Tanamkan pikiran kita akan berhasil dan bahagia
      Membaca buku-buku pengembangan kepribadian
      Berusaha menggali potensi yang terbaik

    Bagaimana Menjadi Percaya Diri?

    Dalam bahasa gaul harian, pede yang kita maksudkan adalah percaya diri. Semua orang
    sebenarnya punya masalah dengan istilah yang satu ini. Ada orang yang merasa telah kehilangan 
    rasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya. Mungkin terkait dengan soal krisis 
    diri, depresi, hilang kendali, merasa tak berdaya menatap sisi cerah masa depan, dan lain-lain. Ada
    juga orang yang merasa belum pede dengan apa yang dilakukannya atau dengan apa yang 
    ditekuninya. Ada juga orang yang merasa kurang percaya diri ketika menghadapi situasi atau 
    keadaan tertentu. Berdasarkan praktek hidup, kita bisa mengatakan bahwa yang terakhir itu 
    normal dalam arti dialami oleh semua manusia.

    Sebenarnya apa sih yang kita maksudkan dengan istilah pede itu? Kalau melihat ke literatur 
    ilmiahnya, ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan pede ini.  
    Di sini saya hanya ingin menyebutkan empat saja: 
              Self-concept: bagaimana Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana 
                            Anda melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda 
                            mengkonsepsikan diri anda secara keseluruhan. 

     Self-esteem: sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana 
                          Anda punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri 
                          Anda, sejauh mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai,
                          bermartabat atau berharga di dalam diri Anda
    Self efficacy: sejauh mana Anda punya keyakinan atas kapasitas yang Anda miliki untuk    
                          bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus
                          (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, 
                          sejauhmana Anda meyakini kapasitas anda di bidang anda dalam menangani 
                          urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific self-efficacy.
    Self-confidence: sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas 
                                         kemampuan Anda dan sejauh mana Anda bisa merasakan adanya 
                                         “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self 
                                         esteem dan self-efficacy (James Neill, 2005).
     
    Berdasarkan itu semua, kita juga bisa membuat semacam kesimpulan bahwa kepercayaan-diri itu
    adalah efek dari bagaimana kita merasa (M1), meyakini (M2), dan mengetahui (M3). Orang yang 
    punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki perasaan negatif 
    terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan 
    yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya. Ketika ini dikaitkan dengan praktek 
    hidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan rendah atau telah kehilangan kepercayaan, 
    cenderung merasa / bersikap sebagai berikut : 
        *  Tidak memiliki sesuatu  (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara
            sungguh-  sungguh
        *  Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang)
        *  Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan
        *  Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah
        *  Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab (tidak  optimal)
        *  Canggung dalam menghadapi orang
        *  Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan 
            yang meyakinkan
        *  Sering memiliki harapan yang tidak realistis
        *  Terlalu perfeksionis
        *  Terlalu sensitif (perasa)
    Sebaliknya, orang yang kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap 
    dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap 
    kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya 
    merasa mampu (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa 
    dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.

    Berbagai studi dan pengalaman telah menjelaskan bahwa kepercayaan diri seseorang terkait 
    dengan dua hal yang paling mendasar dalam praktek hidup kita.
    Pertama, kepercayaan diri terkait dengan bagaimana seseorang memperjuangkan keinginannya untuk meraih sesuatu (prestasi atau performansi). Ini seperti dikatakan Mark Twin: “Apa yang Anda butuhkan untuk berprestasi adalah memiliki komitment yang utuh  dan rasa percaya diri. “
    Kedua, kepercayaan diri terkait dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah yang menghambat perjuangannya. Orang yang kepercayaan dirinya bagus akan cenderung berkesimpulan bahwa dirinya “lebih besar” dari masalahnya. Sebaliknya, orang yang punya kepercayaan diri rendah akan cenderung berkesimpulan bahwa masalahnya jauh lebih besar dari dirinya. Ini seperti yang diakui Mohammad Ali. “Satu-satunya yang membuat orang lari dari tantangan adalah lemahnya kepercayaan diri.” 

    Kesimpulan Bandura (Dr. Albert Bandura, 1994), menjelaskan bahwa self-efficacy yang bagus punya kontribusi besar terhadap motivasi seseorang. Ini mencakup antara lain: bagaimana seseorang merumukan tujuan atau target untuk dirinya, sejauh mana orang memperjuangkan target itu, sekuat apa orang itu mampu mengatasi masalah yang muncul, dan setangguh apa orang itu bisa menghadapi  kegagalannya.

    Tak hanya Bandura yang kesimpulan semacam itu. Pakar pendidikan juga punya kesimpulan 
    yang bernada sama. Self-efficacy yang bagus akan menjadi penentu keberhasilan seseorang 
    (pelajar) dalam menjalankan tugas. Mereka lebih punya kesiapan mental untuk belajar, lebih 
    punya dorongan yang kuat untuk bekerja giat, lebih tahan dalam mengatasi kesulitan dan lebih 
    mampu mencapai level prestasi yang lebih tinggi (Pajares & Schunk, The Development of 
    Achievement Motivation, San Diego: Academic Press, 2002.).

     
    Sisi-sisi Negatif
    Secara normal bisa dikatakan bahwa semua orang ingin memiliki kepercayaan diri yang tinggi atau 
    kuat. Ini misalnya terkait dengan dua hal yang sudah kita bahas di muka. Hanya memang ada satu 
    hal yang perlu kita waspadai bahwa ada beberapa sisi-sisi negatif di balik kepercayaan diri yang 
    tinggi itu. Sisi-sisi negatif ini perlu kita kelola secara proporsional agar tidak membuahkan sikap 
    dan perilaku yang merugikan atau merusak. Di antara sisi negatif itu adalah:
      Arogansi. Kita merendahkan orang lain (looking down atau humiliate) karena merasa lebih tinggi atau lebih di atas. Arogansi seperti ini ditolak oleh semua tatanan nilai di dunia ini. Sah-sah saja kita merasa lebih dari orang lain tetapi yang paling penting di sini adalah jangan sampai kita memandang rendah orang lain, apalagi menghina baik dengan kata-kata maupun perbuatan.
    Merasa paling benar sendiri dan tidak bisa menerima kebenaran milik orang lain. Terkadang memang ada alasan untuk merasa benar tetapi yang perlu kita waspadai adalah munculnya perasaan  paling benar yang membuat kita menyimpulkan orang lain semua salah. Biarpun kita benar tetapi kalau kita merasa semua orang lain salah, ini bisa membuat kita salah.
      Menolak opini orang lain / tidak bisa mendengarkan pendapat orang lain, saran orang lain, tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain atau keras kepala (stubbornness). Opini orang lain memang tidak semuanya perlu kita dengarkan tetapi juga tidak semuanya perlu ditolak. Ada hal-hal positif yang bisa kita ambil dari opini orang lain. Konon, salah satu faktor yang membuat para pengusaha ambruk setelah mengalami kejayaan adalah karena menolak mendengarkan opini orang lain, menolak belajar dari orang lain, bersikap fleksibel terhadap perubahan. Mereka menjadi orang yang tertutup oleh pengalaman kejayaannya selama ini.
      Memiliki model komunikasi yang agresif, otoriter, bergaya memaksa atau tanpa empati. Model komunikasi demikian kerap menimbulkan kualitas hubungan yang kurang “sincere”, di samping juga lebih banyak mengundang konflik, perlawanan atau resistensi. Secara naluri, orang lain akan lebih nyaman bila didekati dengan model komunikasi yang empatik, asertif atau persuasif.
      Kurang perhitungan terhadap bahaya potensial atau kurang perhatian terhadap hal-hal yang detail. Berani menghadapi tantangan, punya keyakinan yang tinggi atas kemampuan dalam mengatasi masalah atau berpikir “beyond the technique” itu memang positif dan dibutuhkan. Tetapi jika ini membuat kita terbiasa menyepelekan, menganggap enteng atau careless, sembrono, dan semisalnya, tentu membahayakan. 
      Kurang bisa mempercayai kapasitas orang lain atau terlalu perfeksionis dalam menilai orang lain.  Tidak mudah mempercayai omongan orang lain atau tidak mudah mempercayai penjelasan orang lain atas kemampuannya sebelum ada bukti-bukti yang nyata, memang ini dibutuhkan. Ada kalanya kita tidak bisa 100% mempercayai orang lain. Tetapi akan jadi masalah jika kita tidak bisa mempercayai orang lain untuk semua hal, tidak bisa mendelegasikan pada orang lain untuk semua pekerjaan, selalu underestimate, selalu ingin menjadi “polisi” atas orang lain dan semisalnya, ini bisa menyusahkan diri sendiri.  
    Punya penilaian-diri yang “over”, mematok imbalan yang terlalu tinggi,  menuntut diperlakukan secara terlalu idealis. Sah-sah saja kita punya penilaian diri yang setinggi langit sekali pun, mematok “harga” setinggi-tingginya, namun jika itu malah membuat hidup kita sempit, berarti kita perlu memunculkan pemikiran alternatif dan belajar menjadi fleksibel. Jangan sampai kita patah gara-gara kita terlalu keras. Jangan sampai pula kita tidak bisa membedakan antara tahu diri dan tidak tahu diri dalam praktek. Bedanya sangat tipis.
    Sisi-sisi negatif yang saya sebutkan di atas mungkin bisa kita sebut dengan istilah “terlalu pede”. Ini juga berbeda dengan pede. Menurut kaidah yang berlaku dalam praktek hidup, sesuatu yang sudah terlalu, itu biasanya jelek dan dipandang jelek.

    Membangun Kepercayaan diri
    Bagi sebagian kita yang punya masalah seputar rendahnya kepercayaan-diri atau merasa telah 
    kehilangan kepercayaan diri, mungkin Anda bisa menjadikan langkah-langkah berikut ini sebagai 
    proses latihan:
    1.        Menciptakan definisi diri positif.
    Steve Chandler mengatakan, “Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinanmu adalah 
    mengubah definisi dirimu.” Bagaimana menciptkan definisi diri positif. Di antara cara yang bisa kita 
    lakukan adalah:
    o        Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri / membuat opini yang positif 
              tentang diri sendiri. Positif di sini artinya yang bisa mendorong atau yang bisa  
              membangun, bukan yang merusak atau yang menghancurkan.
    o       Belajar melihat bagian-bagian positif / kelebihan / kekuatan yang kita miliki
    o       Membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan, dari 
              mulai yang paling kecil dan dari mulai yang bisa kita lakukan hari ini.
    Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan opini diri negatif yang muncul, seperti misalnya saya tidak punya kelebihan apa-apa, hidup saya tidak berharga, saya hanya beban masyarakat, dan seterusnya. Setelah kita menghentikan, tugas kita adalah menggantinya dengan yang positif, konstruktif dan motivatif. Ini hanya syarat awal dan tidak cukup untuk membangun kepercayaan diri.

    2.        Memperjuangkan keinginan yang positif
    Selanjutnya adalah merumuskan program / agenda perbaikan diri. Ini bisa berbentuk misalnya 
    memiliki target baru yang hendak kita wujudkan atau merumuskan langkah-langkah positif yang 
    hendak kita lakukan. Entah itu besar atau kecil, intinya harus ada perubahan atau peningkatan ke 
    arah yang lebih positif. Semakin banyak hal-hal positif (target, tujuan atau keinginan) yang 
    sanggup kita wujudkan, semakin kuatlah pede kita. Kita perlu ingat bahwa pada akhirnya kita 
    hanya akan menjadi lebih baik dengan cara melakukan sesuatu yang baik buat kita. Titik. Tidak 
    ada yang bisa mengganti prinsip ini.

    3.        Mengatasi masalah secara positif
    Pede juga bisa diperkuat dengan cara memberikan bukti kepada diri sendiri bahwa kita ternyata 
    berhasil mengatasi masalah yang menimpa kita. Semakin banyak masalah yang sanggup kita 
    selesaikan, semakin kuatlah pede. Lama kelamaan kita menjadi orang yang tidak mudah minder 
    ketika menghadapi masalah. Karena itu ada yang mengingatkan, begitu kita sudah terbiasa 
    menggunakan jurus pasrah atau kalah, ini nanti akan menjadi kebiasaan yang membuat kita 
    seringkali bermasalah.

    4.         Memiliki dasar keputusan yang positif.
    Kalau dibaca dari praktek hidup secara keseluruhan, memang tidak ada orang yang selalu yakin 
    atas kemampuannya dalam menghadapi masalah atau dalam mewujudkan keinginan. Orang yang 
    sekelas Mahatma Gandhi saja sempat goyah ketika tiba-tiba realitas berubah secara tak 
    terduga-duga. Tapi, Gandhi punya cara yang bisa kita tiru: “Ketika saya putus asa maka saya 
    selalu ingat bahwa sepanjang sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu 
    menang. Ada beberapa tirani dan pembunuhan yang sepintas sepertinya menang tetapi akhirnya 
    kalah. Pikirkan ucapan saya ini, SELALU”. Artinya, kepercayaan Gandhi tumbuh lagi setelah 
    mengingat bahwa langkahnya sudah dilandasi oleh prinsip-prinsip yang benar.  

    5.        Memiliki model / teladan yang positif 
    Yang penting lagi adalah menemukan orang lain yang bisa kita contoh dari sisi kepercayaan 

    dirinya. Ini memang menuntut kita untuk sering-sering membuka mata melihat orang lain yang 

    lebih bagus dari kita lalu menjadikannya sebagai pelajaran. Saking pentingnya peranan orang 

    lain ini, ada yang mengatakan bahwa kita bisa memperbaiki diri dari dua hal: a) pengalaman 

    pribadi (life experiencing) dan b) duplicating (mencontoh dan mempelajari orang lain). 

                               Buktikan! 
                               Selamat mencoba.
     

1 komentar:

  1. Jika ada pertanyaan, saran atau kritik dapat anda tulis disini

    thanks

    BalasHapus